Selasa, 04 Juni 2013

Sejarah Jemaat GMIM Bait'El Ritey


BAB I
PENDAHULUAN

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus Kepala Gereja yang telah menyertai, menuntun dan berkenan memampukan kami untuk dapat menyelesaikan penyusunan sejarah jemaat GMIM Bait’El Ritey.
Sejarah jemaat merupakan salah satu penuntun arah perjalanan gereja kedepan karena dengan memahami sejarah jemaat maka kita juga akan memberikan arah bagi pelayanan Gereja dalam rangka menuntun jemaat untuk menyadari tugas dan panggilan Gereja di dunia ini yaitu : Bersaksi, Bersekutu dan Melayani.
Penyusunan sejarah jemaat ini adalah juga untuk memenuhi harapan BPS GMIM tentang perlu adanya sejarah  jemaat di masing-masing jemaat.  Adapun dasar sejarah jemaat ini adalah melalui koordinasi serta himpunan dari berbagai cerita dan informasi dari berbagai tokoh, tua-tua Pemaat dan tokoh-tokoh masyarakat serta data yang diperoleh berdasarkan arsip jemaat.
Kami menyadari bahwa penyusunan dan penyajian sejarah jemaat ini terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan, namun isi dari sejarah jemaat ini telah menyangkut dan mencakupi berbagai latar belakang dan peristiwa berdasarkan fakta sejarah yang ada sehingga dapatlah memberikan gambaran tentang keadaan dan keberadaan jemaat GMIM BAIT’EL RITEY.
Kiranya Sejarah jemaat ini akan memberi nuansa pelayanan yang lebih cerah demi tersentuhnya semua semua aspek pelayanan jemaat yang akurat, aktual dan efisien dan demi tercapainya tujuan pelayanan untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan.


BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN JEMAAT GMIM RITEY

A.            Asal Usul Terbentuknya  Jemaat
Pada dasarnya disadari dan dipahami bahwa, setiap orang yang ingin mempelajari sejarah adalah wajar dan layak jika seseorang menyadari bahwa apa yang dipelajarinya itu adalah menyangkut dengan cerita-cerita atau kisah-kisah yang dibuat, diciptakan dan diawasi oleh “Sang Pembuat Sejarah”, Dialah Tuhan, Pencipta alam semesta.
Melalui tulisan ini adalah penting bagi warga jemaat Tuhan yang ada di Desa Ritey untuk mengetahui atau mengenal sejarah gereja dari jemaatnya sendiri. Dengan mengenal dan memahami sejarah gereja, itu berarti atau sekaligus akan menghargai dan menghormati jeri dan juang dari pada pendahulu, pionir-pionir (tokoh-tokoh perintis) yang terpanggil, terutus dan dipakai Tuhan secara luar biasa.
     Selanjutnya merupakan secuil/sekelumit sejarah dan perkembangan jemaat GMIM Ritey terekam melalui informasi langsung (para orang tua)  dan informasi lainnya berdasarkan literature (artikel / tulisan) dari pendahulu-pendahulu yang dapat dikatakan sebagai tokoh-tokoh / tua-tua gereja. Oleh karena itu melalui data dan informasi yang kami peroleh dari penuturan orang tua terdahulu bahwa, penduduk Ritey berasal dari Minahasa Utara, Minahasa Tengah dan Minahasa Selatan. Hal ini membuktikan bahwa di Desa Ritey terdapat nama-nama marga seperti : Tombokan, Mamengko, Assa, Lintang, Mirah, Weken, Lonteng, Tumilaar, Lumankun, Sangkoy, Tumurang, dll. Sebelum Desa Ritey di tahbiskan (aita’di) kira-kira tahun 1575, penduduk desa ini sudah memeluk agama suku yang berbakti dan menyembah pada ilah-ilah atau dewa-dewa. Yang dimaksud dengan ilah-ilah yaitu penguasa-penguasa alam yang sakti dan gaib, bahkan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Kita ingat nyanyian  “nanaani” yakni nyanyian leluhur kita yang mengungkapkan ilah-ilah seperti dalam syairnya berbunyi sebagai berikut ; O Empung Andangka Tembonai Pakasa dan seterusnya.
Dewa-dewa ini adalah wahana leluhur yang didewakan karena dianggap perkasa, pemberani, seperti Toar dan Lumimuut yang dilegendakan berasal dari Angina Tumileng yang adalah pembawa butir-butir padi dari kayangan dll. Agama suku ini berakhir pada saat agama Kristen dengan penginjilannya yang intensif masuk di Desa Ritey, oleh orang Belanda dan penginjil-penginjil Jerman pada abad 18 sampai permulaan abad 19. Suatu hal yang perlu kita ketahui bahwa pada waktu orang-orang Portugis  yang beragama Roma Katolik tiba dan menguasai  Amurang, tidak berhasil masuk ke desa Ritey karena kuatnya agama suku dan karena sikap orang-orang Portugis yang ganas  serta suka berperang itu, maka leluhur-leluhur kita pula tidak kala ganasnya menentang tindakan tersebut. Hal ini tampak bahwa sampai saat sejarah ini ditulis, di desa Ritey tidak terdapat penduduk yang menganut ajaran Roma Katholik.
Bersamaan dengan pembentukan pemerintahan desa Ritey oleh pemerintah Belanda itu, maka masuk pula agama Kristen Protestan di desa Ritey. Pada waktu itu desa Ritey sedang dipimpin oleh seorang tonaas bernama LELA (nama kafir). Tonaas ini memimpin dua desa yaitu desa Ritey dan desa Malenos Lama (kini desa Malenos Baru) dan dengan adanya peyebaran agama Kristen Protestan maka tonaas Lela memerintah supaya semua penduduk masuk agama Kristen Protestan. Tonaas Lelapun turut bersama-sama dibaptiskan dan diberi nama Karel Lonteng.
Agar supaya desa Ritey dan Malenos Lama segera beralih dari kafir ke Kristen Protestan, maka penduduk di desa ini dibebaskan dari kegiatan-kegiatan atau pekerjaan desa (kerja bakti). Dan penduduk yang belum memeluk agama Kristen Protestan diwajibkan bekerja bakti pada hari Minggu untuk kepentingan desa namum hal ini tidak berlangsung lama  dan seluruh penduduk kedua desa itu memeluk agama Kristen Protestan.
Bersamaan dengan penyebaran agama Kristen inilah maka didirikanlah suatu sekolah yang disebut sekolah zending (zendelling) kira-kira tahun 1835; sekolah ini mula-mula terdiri dari tiga kelas. Kemudian tahun 1946 atas inisiatif dari guru Nehemia Mirah (alm.), sekolah ini menjadi 4 kelas. Akhirnya pada tahun 1951 atas prakarsa dari Bpk. Frans Tenges (alm.) sekolah ini menjadi 6 kelas.
Berhubung sekolah ini didirikan pada waktu tertib Administrasi Negara belum ada, maka dasar hukum berdirinya sekolah tersebut belum ada pula. Nanti pada tahun 1978 sekolah ini mempunyai dasar hukum yakni dengan adanya surat keputusan dari yayasan Kristen GMIM Tomohon No. 033/SD GMIM/78. Tertanggal 1 Juni 1978. Jadi sejak awal sekolah tersebut didirikan yakni tahun 1835 sampai dengan sekarang ini (2004), tetap dalam asuhan GMIM Ritey.
Sekedar ditambahkan pula bahwa Ritey secara Etimologis diambil dari kata “Rentei “yang artinya “Tanaman yang meninggi diatas tanah akibat pengikisan air hujan ; tanaman yang tumbuh kelihatan tinggi (Rumentei).
“Kumentei” dalam pengertian lain dapat berdiri dengan ujung telapak kaki untuk memperoleh sesuatu diatas tanpa menggunakan alat Bantu, jadi Ritey diambil dari kata “Rentei” dan “Kumentei”.

B.             Fakor Budaya
Sebelum dan sesudah kampung ini ditahbiskan (Ai’tadi) orang alifuru percaya pada banyak dewa sebagai penguasa alam yang dianggap memeiliki kekuatan sakti sebagai pelindung, pembela, pemelihara, dll.
Orang yang melakoni sebagai perantara dengan dewa-dewa adalah Tonaas dan Walian. Mereka ini memiliki kecakapan khusus dan kekuatan gaib hitam dan putih.
1.      Matuli
Ritus upacara hasil panen sebelum makan bersama disendirikan makanan khusus untuk dewa-dewa sebagai sesajian.
2.      Rumeindeng Wo Rumani
Menyanyi sambil menari mengacungkan tangan keatas sambil mengucapkan bahasa yang hanya dimengerti olehWalian dan Tonaas diakhiri dengan ucapan : Oh wailan, oh opo-opo I semperangge matuliwo siwawaya anio weanai keted wo kamangenai
3.      Upacara Pangelepan (Upacara Pemujaan)
Rakyat dikumpul dalam suatu tempat, sementara walian dan tonaas berkeliling sambil berlompat dan berteriak dalam bahasa gaib diiringi bunyi tetengkoran dan tingtingen.
4.      Kapelik’an
Tempat tertentu yang dianggap keramat, khusus didatangi oleh walian dan tonaas.
Selanjutnya oleh karena seirama dengan percepatan kemajuan, dan perkembangan yang ada , dibarengi dengan pertumbuhan iman jemaat yang dewasa maka sosial culture pada waktu itu sedikit demi sedikit mulai meninggalkan pola pikir budaya yang lama, sehingga ada kecenderungan dari masyarakat / jemaat yang punya kerinduan  untuk mengikuti pola perkembangan budaya yang moderen.
Setelah masyarakat / jemaat mau mengikuti perkembangan yang ada maka keempat (4) faktor budaya diatas secara berangsur-angsur mulai terjadi pengikisan / bergeser. Dengan demikian karena dipandang bahwa keempat faktor budaya tersebut tidak sesuai lagi dengan kehidupan / perkembangan jemaat dewasa ini  yang semakin moderen maka budaya santun “tegur sapa” dan “tutur kata”, satu dengan yang lain, serta budaya mapalus (gotong royong), selalu dikedepankan.
Aspek-aspek budaya jemaat mula-mula yang positif yang perlu dilestarikan antara lain :
-            Pertanian : Budi daya kelapa, jagung, Gula Batu,  Sopi (cap tikus)
-            Seni Budaya : Maowey ( Maengket), rumamba dan Kabasaran
-            Falsafa Hidup : Sumerar, Tumane, Tumani, Tumou Tou
-            Aspek social Ke4masyarakatan : Mapalus, Mentamber-tamberan, Maarukup, Mamusu sama.







BAB III
PERKEMBANGAN PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN

Kekristenan sudah hadir di Indonesia sejak kedatangan Portugis dan Spanyol di Indonesia. Namun misi yang berkembang adalah misi Katolik yang pada akhirnya tidak berkembang dengan baik dan banyak mendapat halangan oleh kepercayaan suku yang sangat kuat dimasa itu. Pada tahun 1644 berakhirlah kegiatan misi di Indonesia dengan berakhirnya masa penjajahan Portugis dan Spanyol di Indonesia. Pada tahun 1602 pemerintah Belanda membentuk sebuah Maskapai Perkapalan yang diberi nama Verenigde Oost Indische Company (VOC) yang menggantikan Portugis dan Spanyol di Indonesia. Kehadiran VOC ini disertai juga beberapa pendeta. Hal ini berhubungan dengan munculnya minat baru terhadap pekabaran injil yang timbul di Inggris pada Abad ke-VIII dan segera berpindah ke Belanda. Pada tahun 1797 didirikan sebuah Badan Penginjilan yang diberi nama Nederlands Zendeling Genoostschap (NZG) di Rotterdam. Badan ini kemudian mengutus pendeta-pendeta ke Indonesia termasuk kebagian timur yaitu daerah Maluku, Timor dan Minahasa di mana para Zendeling menemukan kelompok-kelompok orang Kristen yang tidak terpelihara dan terawat imannya.

A.            Di Minahasa
Penginjilan di Minahasa sudah dimulai dengan datangnya orang Portugis dan Spanyol di tanah Minahasa. Pada tahun 1512 dalam perjalanan menuju Ternate, Portugis sempat singgah di Minahasa. Dalam kapal itu ikut serta Paderi Diego Magelhaes yang kemudian mengkristenkan 1500 orang termasuk Raja Manado pada tahun 1563. Dengan demikian pada masa itu Injil sudah mulai diberitakan di tanah Minahasa melalui misi Katolik bangsa Portugis. Namun seperti di tempat-tempat lain misi ini tidak berkembang dengan baik. Pada tahun 1644 berakhirlah kegiatan misi Katolik di Minahasa.
Pada tahun 1663 VOC menggantikan kekuasaan Portugis dan Spanyol di Minahasa. Kedatangan VOC ini disertai juga beberapa orang pendeta. Salah satu diantaranya adalah Ds. Montanus yang pada tahun 1707 melaporkan bahwa terdapat 500 orang Kristen di Manado. Namun di tahun 1789-1817 jemaat-jemaat itu terbengkalai dan terlantar. Tahun 1817 Minahasa sempat dikunjungi oleh Josef Kam yang karena pekabaran injilnya di Maluku dijuluki Rasul Maluku, kemudian tahun 1819 dikunjungi oleh DS Lenting dan tahun 1827 dikunjungi oleh Hellendorn yang disebut-sebut sebagai perintis penginjilan di Minahasa.         Pada tahun 1829 sebuah badan penginjilan yang bernama Nederlands Zendeling Genootschap (NZG) memutuskan untuk menjadikan Minahasa sebagai lapangan Pekabaran Injil di samping Ambon dan Timor. Mereka kemudian mengutus Riedel dan Schwars ke Minahasa dengan Riedel di Tondano dan Schwars di Kakas lalu pindah ke Langowan. Tanggal 12 Juni 1831 kedua Pekabar Injil itu tiba di Manado. Dan tanggal ini kemudian ditetapkan oleh GMIM sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen karena dalam upaya melaksanakan Pekabaran Injil para penginjil membuka  sekolah-sekolah yang menarik minat orang-orang Minahasa. Faktor inilah yang menjadi salah satu sebab hingga Pekabaran Injil di Minahasa begitu cepat berkembang dan meluas. Ditahun-tahun selanjutnya Pekabaran Injil di Minahasa berkembang seiring dengan perkembangan pendidikan Kristen di Minahasa.
           
B.            Di Amurang
Pekabaran Injil di Amurang sudah dimulai sejak datangnya orang Portugis dan Spanyol di tanah Minahasa tahun 1512. Pada tahun 1522, tanah Malesung berangsur-angsur dikuasai oleh Portugis dan Diego de Magelhaes mendapat kesempatan memulaikan misinya. Pada masa itu disekitar pantai Amurang dibangun logi-logi penampungan hasil pertanian. Desa Ritey yang berada disekitar Amurang dipengaruhi oleh kedatangan Portugis sehingga suku Minahasa bagian utara menjadikan desa Ritey sebagai tempat persembunyiannya.
Di masa sekarang ini bukti kehadiran Portugis di Amurang masih bisa ditemukan. Sebuah benteng Portugis  bisa ditemui di pantai Amurang adalah sebuah bukti kehadiran Portugis di Amurang walau tidak lagi ditemikan data akurat kapan tepatnya mereka tiba di sana. Hasil observasi dan ekskavasi tim survey dinas Arkeologi Sulawesi Utara yang dipimpin Dr. Santoso Sughodo tahun 1991-2000 menemukan bahwa Gerjea Sentrum, Penjara Amurang dan ex-Kantor Koramil termasuk dalam areal benteng tersebut.Dulunya di atas tanah yang kini didirikan Gereja Sentrum terdapat Kapel yang menjadi tempat beribadat para penghuni benteng dan masyarakat sekitar yang telah menjadi Kristen.
Pada tahun 1644 - 1645 suatu armada Spanyol memasuki teluk Amurang dari Filipina. Armada itu mendarat di pantai Kawangkoan Bawah dan mendirikan benteng di sana. Karena sikap kejam bangsa Spanyol terjadi perlawanan dari golongan suku-suku di Minahasa. Spanyol kemudian terdesak dan meminta bantuan pada VOC yang telah berada di Ternate.
Harus diakui walau kehadiran Portugis dan Spanyol di Minahasa/Amurang adalah sebagai penjajah, merekalah yang yang memperkenalkan kepercayaan Kristen di Minahasa/Amurang. Dan tidak mustahil tanpa kehadiran mereka Minahasa/Amurang sudah diislamkan oleh Sultan Ternate.
 Setelah Portugis dan Spanyol meninggalkan Amurang, jemaat Kristen menjadi terlantar dan tidak terpelihara. Banyak yang kemudian kembali pada kepercayaan mereka terdahulu yaitu kepercayaan suku. Perkembangan baik baru dialami jemaat setelah VOC dan NZG hadir di Amurang.
Pada tanggal 1 Januari 1837 NZG mengutus Zendeling Karl Tragot Herman di Amurang dan menyampaikan khotbah perdananya. Herman kemudian menetap di Amurang dengan istrinya dan seorang anaknya. Ketika tiba di Amurang dia menemukan 700 orang Kristen yang sudah di Baptis tapi tidak terpelihara kerohaniannya. Wilayah pelayanan K.T. Herman melingkupi 100 desa disekitar Amurang dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa. Desa Ritey adalah salah satu desa diantaranya. Pada tanggal 17 Juli 1836 Herman mulai mendirikan sekolah.
Kedatangan K.T. Herman membawa nuansa baru lewat pekabaran-injilnya yang intensif di Amurang. Ia sangat rapih dan teguh dalam bekerja serta disiplin hingga dijuluki sebagai “orang yang selalu rindu pada pekerjaan”. Ia giat mengajar dan berkhotbah. Pada tanggal 27 September 1851. K.T. Herman meninggal dan dikuburkan di Amurang tepatnya di desa Ranoyapo.

C.             Di Ritey
Pada masa Portugis dan Spanyol tidak ditemukannya data/bukti kalau   kekristenan sudah sampai di Ritey. Data tertua yang ada yaitu di zaman K.T. Herman tahun 1836-1851. Di masa itu Ritey termasuk di antara 100 desa yang menjadi wilayah pekabaran injil K.T. Herman.
Pada tahun 1849, dua tahun sebelum K.T. Herman meninggal, NZG mengutus Ds S. Ulfers ke Minahasa dan mendirikan jemaat di Ranoyapo tepatnya di desa Kumelembuay. Seluruh klasis Amurang yang kala itu disebut KlasisRomoong-Tombasian menjadi tanggung-jawabnya. Dengan menunggang kuda ia melakukan lawatan-lawatan ke seluruh wilayah Klasis Amurang termasuk ke desa Ritey. Hanya kapan pastinya kunjungan itu sudah tidak diketahui lagi. Pada masa Ds. Ulfers inilah diketahui bahwa di desa Ritey  sudah ada pembangunan gereja (gereja pertama ) yang dibangun pada tahun 1835. Sebelum berdirinya gedung gereja ini persekutuan jemaat dilaksanakan di rumah-rumah penduduk. Pembangunan gereja pertama ini dilaksanakan pada masa pemerintahan Nikolas N. Lintang.
Pada tahun 1850, satu tahun setelah pengutusan Ds. S. Ulfers, diutuslah Ds. Nicolas Graafland yang ditempatkan di Sonder. Dari catatan-catatan pribadi yang ditulisnya di atas geladak kapal yang tengah mengarungi Samudera Atlantik dalam perjalanan pulang ke negeri Belanda diperoleh data bahwa N. Graafland pernah beberapa kali mengijakkan kaki di desa Ritey.  Dalam tulisannya ia menyebutkan bahwa :“ Di negeri Koreng, Maliku, Ritey dikatakan : negeri kecil dan seluruh daerah ini memberi kepuasan kepada zendeling-guru di Amurang itu mengenai kehidupan Kristen yang menampakkan diri di sini. Di bagian luar anda dapat melihatnya dalam didirikannya gedung gerjea yang kecil, orang yang ramah serta akrab, serta negeri yang dibangun dengan rapi.” (Graafland, N. 1987: 292). Perjalanan N. Graafland ini dilaksanakan sekitar tahun 1864. Ini menunukkan bahwa jemaat Kristen sudah ada jauh sebelum tahun 1864 dengan sudah adanya sebuah gereja kecil. Seperti Ulfers, Graafland melaksanakan pelayanan sakramen Baptisan dan pernikahan di desa Ritey.
Pada tanggal 16 Januari 1851 S. Van Der Velde Cappelan bertugas di Amurang menggantikan K.T. Herman. Ia melayani sampai ke daerah-daerah pegunungan di sekitar Amurang termasuk juga desa Ritey. Pada tahun 1857 seorang pribumi yaitu Ds. L. Mangindaan berhasil menamatkan pendidikannya di negeri Belanda dan pulang ke Minahasa. Ia kemudian diteguhkan sebagai Predicant di Manado. Dalam perjalanan dinasnya, Ds. L. Mangindaan beberapa kali menginjakkan kakinya di desa Ritey.
Pada tahun 1861 Ds. Van De Liefde dan Ds. J.A.T. Schwarch ditempatkan di klasis Amurang. Mereka juga pernah mengunjungi desa Ritey dan melayani jemaat Ritey.
Pada tahun 1885, Ds. Wiersman dan Ds. Schwarh bersama tokoh-tokoh NZG lainnya secarah bersamaan berkumpul di desa Ritey dalam acara Pertemuan Raya Antar Klasis se Minahasa ( ada dugaan sementara pada acara inilah Jemaat Ritey diberi hadiah sebuah lonceng gereja yang dikirim langsung oleh NZG dari Belanda melalui Tim Perumus pasca pertemuan raya itu ).
Pada tahun 1889 Pdt. E.W.G Graafland yang adalah putra N. Graafland melaksanakan tugas pekabaran-injilnya. Ia ditugaskan NZG di Rumoong (Atas) dan Amurang. Untuk menuju Amurang, jalur jalan Tumaluntung, Kaneyan, Ritey adalah jalan alternatif yang sering dilalui oleh Graafland muda ini. Hasil wawancara dengan tua-tua desa yang masih hidup sampai tulisan ini dibuat (a.l. Bapak Wem Tenges) mengatakan bahwa Graafland muda melayani di Ritey dengan menunggang kuda bersama penolong-penolong yang lain termasuk isterinya Clara De Vries. Clara De Vries membantu pekabaran injil suaminya dengan mengajarkan ketrampilan masak-memasak, menjahit, dan ketrampilan rumah tangga lainnya. Di masa itu jemaat Ritey dipimpin oleh Jesaya Tambayong. Bukti-bukti dari pelayanan Graafland muda antara lain membaptis : 1) Membaptis Bpk. Piet Lonteng ( anak dan cucunya masih hidup dan menetap di Manado), 2) Membaptis Ibu Ending Lintang tahun 1896 ( Ibunda Bpk. Wem Tenges). Keduanya diangkat sebagai anak Baptis (anak serani) oleh Graafland muda ini kemudian bukti otentik Graflan Mudah yang ada sekarang adalah surat baptis a.n. Nehemia Mirah pada tanggal 16 Juni 1901.
Dalam perjalanan tugasnya sampai tahun 1914, pendeta Graafland muda dibantu oleh Pdt. H.J. Ten Kate. Setelah Pdt. Graafland meninggal, berturut-turut melayani resort Amurang adalah Pdt. B. Moendoeng tahun 1927-1930 dan Pdt. H.G. Tiel tahun 1930-1942.

D.            Pembangunan Tempat Ibadat Sebelum Tahun 1936
Gereja pertama di bangun pada tahun 1835 berbentuk 6 (enam) sudut. Gereja kedua dibangun tahun 1919 semi permanent lantai beton atap seng dan di depan gereja dibangun tugu yang tingginya kira-kira 3 meter dan terdapat ornament-ornamen pada tugu tersebut. Gereja ini dibangun pada masa Guru Jemaat/Kepala Sekolah Bapak Tuwo.
Pada tahun 1935 disepakati untuk membangun gereja di lokasi yang sama, oleh karena itu dibangun gereja darurat  (gereja fals) yang bertempat di halaman Nikolas Lonteng (kostor pada waktu itu) gereja ini dipakai selama 1 (satu) tahun.
Pada pertengahan (masa libur dam panen) tahun 1936 gereja baru ditahbiskan oleh Pdt. Thiel dan dihadiri oleh pejabat Pemeerintah dan para undangan. Sebelum peresmian dibentuk panitian antara lain Sersan H. Mirah, Esha Lintang dan Frans Tenges. Setelah ditahbiskan dibuat acara rama tama di gereja fals. 



Gereja yang Ditahbiskan oleh Pdt. Thiel pada Tahun 1936




 Bagian dalam Gereja yang Ditahbiskan oleh Pdt. Thiel pada Tahun 1936





BAB IV
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN SEBAGAI WAHANA PENGINJILAN

Sektor pendidikan dan kesehatan sebagai wahana untuk mempercepat proses penginjilan di Minahasa umumnya dan khususnya di jemaat Ritey.
Pada penginjil yang masuk di tanah Minahasa berpendapat bahwa untuk dapat menanamkan pemahaman Injil dengan benar, maka syarat utama yang harus dicapai adalah penduduk Minahasa harus terdidik dan sehat jasmani. Oleh karena itu dibangunlah pusat pelayanan kesehatan seperti  rumah sakit Betesda Tomohon, Rumah sakit Pancaran Kasih Manado, Rumah sakit Kalooran Amurang demikian juga di Langowan, sonder, Airmadidi dan Tondano.
Di bidang pendidikan, sesudah GMIM mulai menata  / mengatur dirinya sendiri dengan baik, GMIM mendirikan sekolah-sekolah. Sesuai keputusan Malino bahwa Sekolah Teologi untuk kawasan Indonesia Timur dipusatkan di Ujung Pandang. Selain sekolah Teologi didirikan pula PGA (Pendidikan Guru Agama Kristen) di Tomohon tahun 1962. Kemudian dibuka lagi di Airmadidi, dan di Amurang pada tahun 1980. Lulusan PGA ini ditugaskan mengajar Agama Kristen di sekolah dasar, SLTP bahkan mengajarkan katekisasi, berkhotbah bahkan memimpin Ibadat.
Selain itu pula melalui yayasan persekolahan GMIM, mendirikan sekolah-sekolah umum seperti TK, SD, SMP, SMA dan sekolah kejuruan lainnya seperti STM, SMK dll. Khusus di jemaat GMIM Ritey bersama dengan penyebaran Agama Kristen, telah didirikan suatu sekolah yang disebut sekolah NZG (kelas satu) tahun 1835. sekolah ini mula-mula masih terdiri dari tiga kelas. Kemudian pada tahun 1946, atas inisiatif dari seorang guru bernama Nehemia Mirah, sekolah ini menjadi 4 kelas. Akhirnya tahun 1951 atas prkarsa Bapak Frans Tenges sekolah ini menjadi 6 kelas. Berhubung sekolah ini didirikan pada waktu tertib administrasi negara belum ada, maka dasar hukum berdirinya sekolah ini belum ada pula. Para tenaga pengajar (guru) dan Kepala sekolah yang ditugaskan di sekolah ini sebelum perng dunia ke II antara lain : Bpk. Lapian, Tuwo (Tangkuney), P. Rorong ( Rumoong), Mirah, Oroh, Lumi, Jesaya Tambayong, Tampinongkol, Egeten dan H Mangowal. Nanti tahun 1978 sekolah ini memiliki dasar hukum yakni dengan adanya surat keputusan dari yayasan Kristen GMIM Tomohon no. 033/SD GMIM/78 tertanggal 1 Juni 1978. Jadi sejak awal sekolah didirikan yakni 1835 sampai sekarang, tetap dalam asuhan GMIM Ritey.
Selanjutnya jemaat GMIM Ritey mengasuh sekolah taman kanak-kanak sejak tahun 60 an Sampai sekarang. Bahkan ditahun 1970 jemaat GMIM Ritey pernah mengasuh sekolah lanjutan tingkat pertama/SMP Kr. Ritey, namun sangat disayangkan sekolah ini tidak dapat dipertahankan. Akibatnya tahun 1982 pemerintah Desa Ritey memprakarsai berdirinya SMP LKMD Desa Ritey. Hukum Tua A.J. Sangkoy dan ketua LKMD J. Moroki tahun 1983 SMP LKMD beralih ke yayasan yakni menjadi SMP



BAB V
PERKEMBANGAN JEMAAT

A.            PERKEMBANGAN JEMAAT 1936-1970
Pada bagian ini akan dibahas secara khusus perkembangan jemaat GMIM Ritey di periode tahun ini karena pada masa ini jemaat berkembang dengan pesat dan mulai tertata  walau harus melewati masa-masa sulit zaman Kolonial, Jepang dan Permesta.
Setelah GMIM berdiri sendiri Gubernur Jendral  BC de Jonge ditandai dengan Ibadat pada 30 September 1934 dengan Beslit no 5 (staatbalt 563),  resort-resort kependetaan masa NZG berubah menjadi klasis. Jemaat  Ritey menadi bagian klasis Amurang dengan struktur pelayanan : jemaat dipimpin  oleh majelis jemaat; wilayah dipimpin oleh badan pengurus klasis.
Selanjutnya sebagaimana aturan tata gereja tahun  l934  maka jemaat diberi kesempatan mengatur rumah tangganya sendiri. Di samping mengatur menata jemaat pada masa ini pula jemaat diperhadapkan dengan pergumulan antara lain;  masa pendudukan Jepang (Perang Dunia II). Masa sulit ini mengakibatkan jemaat berangsur-angsur lari kehutan sehingga ada yang sakit bahkan meninggal di kebun dan hutan. Kendatipun demikian terdapat juga jemaat yang ”bergerilya”  yang memiliki keterampilan perang hasil didikan tentara Belanda.
Dapat dikemukakan di sini bahwa zaman pendudukan Jepang jalur Ritey Kaneyan merupakan “basis kekuatan gerilya”. Para saksi hidup menceritakan kira-kira 40 tentara Angkatan Laut Jepang  dengan beberapa kendaraan lengkap dengan senjata “memburu” para gerilya melintasi kampung ini. Setelah berada di Kaneyan terjadilah kontak senjata yang tidak seimbang dengan para gerilya yang  adalah warga jemaat Ritey yaitu: Eli Moroki, E. Tuuk dan H. Tambaani pada tahun 1947.Setelah konfrontasi tersebut tentara Jepang pulang melintasi jemaat Ritey  walau tinggal beberapa orang saja sambil memaksa para anak-anak kampung untuk menunjuk tempat persembunyian para gerily demikian  tutur para saksi.
Kemudian kesulitan muncul lagi dengan adanya serangan sekutu di Minahasa. Pada zaman ini gaji para penginjil dan Pendeta tidak di bayar oleh Pemerintah. Walaupun demikian, hasil penginjilan NZG menghasilkan seorang putra jemaat (ketua Jemaat) Nehemia Mirah diberikan hak Ezrar oleh Sinode untuk melaksanakan Peneguhan Sidi dan Perjamuan Kudus dengan nomor TBS4/6/4 tanggal 19 Oktober 1948. Setelah PD II Jemaat pun ikut mengalami situasi pengaruh revolusi kemerdekaan.
Tahun 1950 diumumkan oleh Pemerintah RI pemisahan keuangan Negara dan Gereja. Oleh karena itu warga jemaat yang potensial hasil binaan NZG dengan spontanitas mengaktifkan diri dalam pelayanan ibadat termasuk dunia Pendidikan.
Pada masa-masa sulit  ini Amurang dan sekitarnya termasuk Jemaat Ritey dilayani oleh M. Sondakh, A. Rampen, Pdt Mowilos, Pdt Goni.
Pada tahun 1957 terjadilah pergolakan Permesta.  Perang saudara ini membutuhkan pelayanan jemaat secara intensif. Walaupun sementara dalam persembunyian,  Gereja GMIM Bait’El Ritey tetap dijadikan satu-satunya tempat peribadatan pada setiap hari minggu, di samping beribadat di kebun.
Sesudah pergolakan Permesta tahun 1961 Jemaat GMIM diperhadapan dengan maraknya kegiatan partai-partai politik.  Untuk menghindarkan Jemaat supaya jangan terkotak-kotak maka Sidang SINODE memutuskan kepada warga jemaaat agar supaya menolak paham Komunisme.
     
B.            PERKEMBANGAN JEMAAT 1970-2004
Pada masa ini  Jemaat mulai ditata secara dewasa Jasmani dan Rohani sebagaimana amanat Tata Gereja 1970.  Rencana program pelayanan Jemaat tahun ke tahun, Periode ke Periode dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Pekerja dan Sidang Majelis Jemaat.  Pola dan strategi pelayanan diatur perbidang : Marturia, Koinonia, dan Diakonia kegiatan-kegiatan tersebut ditugaskan kepada masing-masing Aras dan Komisi Pelayanan Seperti Komisi Kategorial dan Komisi – komisi Kerja.
Wilayah pelayanan jemaat terus bertambah, tahu 1978-1981 terdiri dari tiga kolom, tahun 1982-1994 (tiga periode) menjadi 5 kolom, 1995-2000, 7 kolom, 2000-2004, 09 kolom, 2005-2009 menjadi 10 kolom.

1.     Penempatan Tenaga Gereja
Pada tahun 1993 ditempatkan Guru Agama Debby Rori di Jemaat Ritey  yang kemudian digantikan oleh Guru Agama Adel Kakalang dari Jemaat Teling Wilayah Tanawangko tanggal 19 Juni 1994.  Pada tanggal 14 November 1993 jemaat menerima Vik. Pendeta Moudy Rumengan, S.Th. dan melaksanakan masa vikariatnya selama 1 tahun. Pada tanggal 27 November 1994 diteguhkan sebagai Pendeta Pelayanan oleh Pendeta Ny. L. F. Tamuntuan – Makisanti mewakili Badan Pekerja Sinode GMIM. Pada tahun 1995  Pdt. Modi L. Rumengan dipilih oleh Sidang Majelis Jemaat sebagai ketua BPMJ GMIM Ritey Periode 1995 – 2000.  Pdt. Modi L. Rumengan S.Th. menikah dengan Pdt Indrawati Sukardi. S.Th. yang kemudian menjadi Pendeta Pelayan di Jemaat Ritey. Pada Agustus 2001 Pdt M.L. Rumengan S.Th. dipindahtugaskan oleh Sinode ke Jemaat GMIM Suluan Wilayah Tomohon dan digantikan oleh Pdt Gamy R.B. PORONG, S.Th. dan Pdt Winda  PORONG – WEOL, S.Th. dari Jemaat Teep Wilayah Langoan I. Serah terima dilaksanakan pada Ibadat Minggu tanggal 29 Juli 2001 dan dilangsungkan dengan acara pisah sambut kemudian ramah tamah di halaman Pastori. Sebelum ditempatkannya pendeta di jemaat Ritey pada waktu itu ibadat sakramen dilaksanakan oleh pendeta yang ada ditingkat wilayah Tumpaan seperti : Pdt. Lengkey, Pdt. Sondakh, Pdt. Suoth, Pdt. Rumbayan, Pdt. Mukuan, Pdt. Runtukahu dan beberapa pendeta GMIM lainnya.

2.       Persekutuan
Ibadat-ibadat dilaksanakan secara kontinuitas di kolom-kolom dan Kategorial yaitu ibadat kolom (KKR), ibadat Kategorial BIPRA, dan ibadat-ibadat lain yang dibutuhkan jemaat. Ibadat-ibadat ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu sesuai jadwal yang ditetapkan dan   atas permintaan anggota Jemaat. Juga dilaksanakan Ibadat KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) dengan mendatangkan  pembicara Tingkat Sinode dan Penyanyi Rohani Tingkat Nasional diantaranya Ev Jouke Frits pada bulan juni 2003.
Sebagai respon atas meningkatnya jumlah Jemaat, dilaksanakan pula Ibadat-ibadat Sakramen seperti Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.  Ibadat Pemberkatan Nikah dilaksanakan sesuai kebutuhan.     
3.       Diakonia dan Pendidikan
Diakonia adalah salah satu bentuk pelayanan gereja yang harus dilaksanakan seperti amanat Tuhan Yesus. Diakonia juga adalah salah satu wujud perhatian  Gereja terhadap warga Jemaat. Jemaat GMIM Ritey pun melaksanakan amanat gereja itu dengan Diakonia seperti, Kedukaan, Kesehatan, Orang Cacat, Janda-Duda, Kecelakaan yang  dananya diperoleh dari perbendaharaan jemaat dan donatur.
Di Bidang Pendidikan juga dilaksanakan Peduli Pendidikan antara lain :
§   Sidang Majelis jemaat bulan Maret 1993 menetapkan Beasiswa bagi seorang Mahasiswa Teologi UKIT a.n. Steven Lintang untuk biaya biaya  selama 5 (lima) tahun.
§   Tahun 1997 Mengangkat 4 (empat) orang tenaga Guru SD dan TK GMIM Ritey sampai sekarang yang dananya diambil dari Pos Pendidikan Jemaat. Mereka adalah :
1.      Greace Tumurang
2.      Ny. N. Tombokan Tumurang kemudian diganti oleh Marie Moroki
3.      Bpk. Wem Tombokan diganti Bpk. Evert Tombokan kemudian diganti oleh Ny. L. Tutu-Lonteng
4.      Ny. M. Assa Lonteng guru  TK.
§   Pada tahun 2000 Memberikan beasiswa  pada murid SD Kelas VI.
§   Tahun 2003-2004 Membeasiswakan seorang siswa berprestasi yang kurang mampu pada SMP PGRI Ritey yaitu  Cristofel Lonteng,
Selain peduli pendidikan, pada tahun 1986 jemaat membeli sebidang tanah (samping SD GMIM) kemudian didirikan gedung Taman Kanak-kanak semi permanen yang di kerjakan secara swadaya jemaat kemudian diresmikan oleh camat Amurang Drs. H. REMBET yang  diawali dengan ibadat .
Sektor pendidikan non formal dipandang sebagai penunjang sumber daya jemaat. Dengan demikian Gereja mengikutsertakan warga Jemaat dalam setiap kursus-kursus dan pelatihan seperti : LKPG, LTPR, PDGSM, Kursus Wanita Gereja yang dilaksanakan oleh Sinode, bahkan  Jemaat GMIM Ritey pula tercatat 2 (dua) kali melaksanakan kegiatan LKPG tingkat Jemaat tahun 1984. Kemudian tahun 2003 atas prakarsa “Remaja Pemuda Bait’El”. menyelenggarakan kegiatan Latihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan  yang diikuti oleh 100 (seratus) peserta dari pelosok Minahasa. Para nara sumber didatangkan dari Sinode dan Pejabat Pemerintah. Selain itu Jemaat juga melaksanakan Pelatihan pembuatan Pupuk Bokasi serta kegiatan Seminar yang dilaksanakan oleh Komisi Remaja tehun 2003.

4.     Sarana dan Prasarana
a.      Pembangunan Gereja dan Pastori
Setelah melihat sarana peribadatan tidak memadai lagi, maka pada tahun 1974 dilaksanakan pergantian atap seng Gereja kemudian pada periode berikutnya dilaksanakan perluasan tangga Gereja dan pembuatan pagar beton melingkari halaman Gereja.  Usaha perbaikan gedung Gereja direspon oleh Remaja dan Pemuda dengan melaksanakan pengecatan gedung pada tahun 1987.  Memasuki periode 1990 – 1994 muncul wacana pembangunan Gereja maka pada awal periode sidang Majelis Jemaat Desember 1990 memutuskan melaksanakan rehabilitasi dan perluasan ke belakang bangunan Gereja melalui komisi Pembangunan.  Keputusan ini direalisasikan dengan dilaksanakannya perletakan batu pertama pada tanggal 26 Januari 1991 (acara kuncikan) oleh Badan Pekerja Sinode. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan itu, berkembang gagasan baru untuk membangun Gereja Baru di atas lahan berdirinya Gereja Lama. Ini berartu gereja lama akan dibongkar. Maka dibentuk pula seksi usaha dana dan dibuatlah gambar Gereja Baru yang dirancang oleh Ir Frangki Tombokan.  Pada masa ini jemaat serta merta mengaktifkan diri dalam pekerajan pembangunan yang realisasinya sampai tiang-tiang beton telah berdiri membungkus Gereja tua.
Dalam konteks kegiatan pembangunan Gereja, ketika itu muncul lagi beberapa pandangan bahwa Gereja Baru harus dibangun di lokasi baru  dan melestarikan Gereja tua. Di masa inilah yakni dalam rentang tahun 1991 sampai 2001 Jemaat diperhadapkan dengan situsi yang serba sulit di mana jemaat berdiri di atas dua pandangan yang berbeda yaitu membongkar gereja lama atau mempertahankannya. Namun  peristiwa itu telah di Aminkan bersama  sebagai ujiann “Sang Kepala Gereja” bagi jemaat GMIM Ritey.  Tahun 1994 tanah/kebun milik Gereja yang berbukit (belakang Gereja tua) dalam waktu 100(seratus) jam menjadi rata, digusur dengan  Weel Loader sumbangan dari Bapak Welly Tenges yang berdomisili di Jakarta. Kemudian lokasi tersebut ditetapkan oleh Sidang Majelis jemaat tanggal  08 dan 12 Februari 2001 menyetujui gambar baru yang dibuat oleh Ir R. Sukardi dan ditindaklanjuti   dengan membentuk panitia pelaksana. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan itu kemudian ditemukan ketidaksesuaian antara keputusan Sidang Majelis Jemaat dan pelaksanaan pembangunan. Maka pada tanggal 04 desember 2001 dilaksanakan rapat khusus di konsistori yang dihadiri oleh 16 (enam belas) orang Pelsus dan pantia pembangunan. Dalam rapat itu disepakati dilaksanakannya pembangunan gedung Gereja terpadu antara muka dan belakang (gambar Ir. Frangki Tombokan dan Ir. R. Sukardi) disepakati pula gambar Gereja terpadu tersebut digambar oleh Bapak Yudy Lonteng dan Bapak Hekto Lonteng.  Hasil kesepakatan ini membawa suasana baru bagi seluruh warga Jemaat  dan dalam usaha pembangunan, Jemaat berloma-lomba mengumpul dana untuk pembangunan Gereja.  Pada sidang Majelis tanggal .. November 2004 dilaporkan oleh panitia bahwa realisasi pekerjaan mencapai 125M3 (beton bertulang) siap pasang atap dengan jumlah dana Rp 300.000.000, dalam tempo dua tahun. 
Pada tanggal 11 April 1997 disepakati untuk membangun Pastori yang sifatnya darurat dan dilanjutnya dengan pembentukan panitia tanggal 02 Juni 1997 kemudian dilaksanakan perletakan batu pertama dan ditabiskan pada hari minggu tangal 30 November 1997 oleh Pendeta A.F. Parengkuan (BPS sinode GMIM).  Pada bulan Desember 2001 dikerjakan pengaspalan jalan menuju Pastori sepanjang 100 meter atas prakarsa Jemaat. 

b.      Prasarana Penunjang Ibadat Lainnya
Pada periode 1990/1994 Komisi Remaja Pemuda melaksanakan usaha pengadaan bangku Gereja dari kayu wasian yang berjumlah 52 buah melalui kelompok kerja.  Kemudian tahun 1995/1999 Pemuda kembali melaksanakan kegiatan pengadaan air bersih untuk Pastori melalui penggalian air sumur.  Tahun 2000/2004 kembali tim kerja Remaja Pemuda melaksanakan usaha pengadaan seperangkat Sound System.  Sebelumnya tahun 1999 Jemaat telah memperoleh satu unit alat musik Organ yang disumbangkan oleh Kel Robby Sankoy-Lonteng yang dipakai dalam setiap ibadat sampai sekarang.
Usaha-usaha pengadaan sarana penunjang ibadat terus diadakan dari tahun ke tahun seperti lemari penyimpanan, Alat perjamuan bahkan untuk melaksanakan administrasi yang teratur maka dengan berani Jemaat membeli seperangkat Komputer dan dibuat ruangan computer pada bulan Desember 2004.    

5.     Rapat-rapat Konsultasi dan Rekomendasi
Setelah Jemaat Ritey masuk dalam wilayah Tumpaan dari tahun-ketahun dilaksanakan rapat koordinasi pelayanan secara bergiliran setiap jemaat. Kemudian tahun ke tahun pula mengikuti siding-sidang di tingkat Sinode baik perutusan jemaat maupun konsultasi-konsuktasi Kategorial tingkat Sinode. Dapat dikemukakan kembali bahwa peristiwa 100 tahun lalu (pertemuan antar klasis l885) terulang kembali yaitu; Jemaat Ritey menjadi tuan rumah konsultasi pemuda seGMIM  (komisi D bidang Program) ketika konsultasi ini dilaksanakan di Tumpaan. Dengan demikian program pemuda tingkat sinode  digodok dan dirumuskan di gedung “Bait’El” Ritey pada tahun 2003.
Untuk menelusuri Sejarah berdirinya Jemaat, maka Sidang Majelis Jemaat membentuk Panitia Penyusunan Sejarah Jemaat yang kemudian melaksanakan Seminar penyusunan sejarah Jemaat pada tanggal 14 Agustus 2004 yang dihadiri oleh 70 peserta dari Jemaat dan Jemaat tetangga dengan nara sumber sbb. :
1.      Pdt D.M Lintong STh (Teolog/Sejarawan )
2.      Drs. Joudy Sangkoy (mewakili Panitia)
3.      Ev Kristo M. Mirah   (Evanglis, Budayawan)
4.      Jan M. A. Lontng, S.Pd. (Dinas Pendidikan Nasional)
Hasil seminar merumuskan tanggal 16 Juni 1835 ditetapkan sebagai hari berdirinya Jemaat GMIM Ritey dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai mana dicantumkan pada bagian sebelumnya. Sidang Majelis tanggal 31 Agustus 2004 memantapkan dan menetapkan tanggal. Bulan, tahun tersebut di atas yang direkomendasikan Panitia Seminar sebagai HUT Jemaat dan menetapan nama jemaat adalah “BAIT’EL”, yang dalam bahasa Ibrani (Bahasa asli Peranjian Lama) berarti “Rumah Allah”.
6.     Minat dan Bakat
Dalam mengembangkan potensi warga jemaat sejak 1970 Jemaat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan Kesenian dan Olah raga baik tingkat Wilayah maupun tingkat Sinode sebagai wujud kesaksian Gereja.  Pada tahun 1995-2004 frekwensi penyelenggaraan kegiatan olah raga dan kesenian mengalami peningkatan di dalam Jemaat yang diprakarsai oleh Pemuda dan Remaja maupun Jemaat.   
Pada bagian akhir tulisan ini dapat dikemukakan lagi menjelang dan pasca reformasi dan otonomisasi, dijemaat ini pula sering mengundang dan dikunjungi para Pejabat Negara, Birokrat dan para Politisi sekaligus memberikan “kesaksian” dan  “sedekah” untuk pmbangunan Bait’El.  Apalagi Desa Ritey berada di ibu kota Kabupaten Minahasa Selatan. 
7.     Hubungan dengan pemerintah dan antar golongan
Dengan masuknya Gereja  Advent Hari Ke Tujuh 1936 dan Pantekosta di Indonesia 1950 dan menyusul Gereja Segala Bangsa tahun 1977 yang masing-masing dipimpin oleh Gerat Mamengko, Sangkoy-Lepa dan Gembala Tampi dari Tumpaan maka dikembangkan hubungan saling menghargai dan saling menerima antar golongan agama. Tampak terlihat disetiap kegiatan Ibadat Pemakaman (kedukaan) pada Hari-hari raya Gereja Saling mengundang untuk ibadat bersama.  Kegiatan ini berlansung hingga sekerang.   
Untuk memfasilitasi hubungan antar Gereja, maka tahun 1980 dibentuklah BKSAUA yang pimpinanya diambil dari semua Gereja yang ada di kampung Ritey.  Tahun 2003 BKSAUA dirubah menjadi BKSAG (badan kerja sama antar gereja). 
Dalam hubunganya dengan pemerintahan jemaat Bait’El Ritey memiliki peranan yang strategis (KK terbanyak) oleh karena itu sejak kampung ini berdiri sampai sekarang GMIM Bait’El Ritey terus menjadi mitra pemerintah desa baik secara langsung maupun tidak langsung bagi pembanguna fisik maupun mental spiritual masyarakat desa tercinta. 



STRUKTUR BADAN PEKERJA, PELAYAN KHUSUS & KOMISI KERJA
 JEMAAT RITEY

Tahun 1936-1945  : 
Guru jemaat :  Jesaya Tambayong               
Tahun 1945–1951    : 
Guru jemaat   :   Nehemia Mirah                             
Majelis         :  1.  Pnt. Markus Mamengko
                        2.  Pnt. Ambrosius Assa
                        3.  Pnt. Jan Tuuk
                        4.  Sym. Martji Lonteng
                        5.  Pnt. Emma Lumankun
                        6.  Pnt. Bertus Lonteng
                        7.  Pnt. Poldus Tumurang
Kostor         :  Nikolas Lintang
Tahun 1951 – 1952  : 
Guru jemaat   :   Frans Tenges
 Penatua      :              1.  Pnt. Ambrosius Assa       
                        2.  Pnt. Markus Mamengko
                        3.  Pnt. Jan Tuuk
Syamas        : Ibu Martje Lintang
Ketua           : 1. Kaum Ibu - Ibu Emma Lumankun
                        2. Pemuda  -  Bpk. Jahja Tumurang
Kostor         : Bpk. Nikolas Lonteng

Tahun 1952 – 1958  : 
Guru jemaat : Bpk. W. Mirah.
Penatua       :                 1.  Bpk. Ambrosius Assa
                        2.  Bpk. Markus Mamengko
                        3.  Bpk. Yan Tuuk
Syamas        :  Ibu Martje Lintang
Ketua           :  1. Kaum Ibu  -  Ibu Emma Lumankun
                        2. Pemuda  -  Bpk. Jahja Tumurang
Sekretaris       :  Bpk. Altin Tuuk
Kostor         :  Bpk. Nikolas Lonteng
                        berakhir tahun 1954 dan diganti oleh Bpk Ismail Lonteng sampai tahun 1958.                                                        
                                                                                        
Tahun 1958 – 1960 : 
Guru jemaat   : Piet Tombokan.
Penatua       :  1.  Bpk. Ambrosius Assa
                        2.  Bpk. Markus Mamengko
                        3.  Bpk. Yan Tuuk
Syamas        :  Ibu Martje Lintang
Kostor         :  Bpk. Altin Tuuk mulai tahun 1960

Tahun 1960 – 1961   :
Guru Jemaat   : Jahja Tumurang
 Sekretaris Jemaat :    Bpk Altin Tuuk
Penatua       :  1. Bpk. Markus Mamengko
                        2. Bpk. Ambrosius Assa
                        3. Bpk. Jan Tuuk
Kostor         :  Bapak Altin Tuuk
Syamas        : Calvein Mangowal
Catatan : Minta berhenti Ketua Jemaat tahun 1961                               

Tahun 1961 – 1970 :
Guru jemaat   :  J. W. Mirah
Sekretaris Jemaat :  Bpk Altin Tuuk
Penatua       :  1. Bpk. Markus Mamengko
                        2. Bpk. Ambrosius Assa
                        3. Bpk. Jan Tuuk
Syamas        :  1. Ibu Femina Lumankun
                        2. Ibu Emma Lumankun
Ketua           : 1. Kaum Ibu – Kalori Turenduk
                        2. Pemuda – Bpk Wilson Lintang pada
                               tahun 1963.
Kostor         : Bpk. Altin Tuuk sampai tahun 1970

Tahun 1970 - 1974     :
Ketua Jemaat             : Bpk. Jakob Lumankun
Sekretaris Jemaat : Bpk. Altin Tuuk
Bendahara  : Bpk. Ambrosius Assa
Penatua       : 1. Bpk. Markus Mamengko
                        2. Bpk. Ambrosius Assa
                        3. Bpk. Jan Tuuk
Ketua           :  1. Kaum Ibu – Katotji Torendek
                        2. Pemuda - Jantje Moroki
                             - Bpk. EvertTombokan
Kostor         :  Semuel Tutu

Tahun 1974 – 1978    : 
Ketua Jemaat : Bpk. Altin Tuuk
Sekretaris Jemaat : Bpk. Efert Tombokan
Ketua           : 1. Kaum Ibu – Esther Mangowal
                        2. Kaum Bpk. – Evert Tombokan
                        3. Pemuda - Yesaya Tambaani
                                           - Elia Lumankun
                                           - Paul Lumankun
                        4. Anak : Justinus Tutu
                       
Tahun 1978 – 1981 :
Ketua Jemaat             : Bpk. Wilson R. Lintang
Sekretaris    : Bpk. Altin Tuuk
Bendahara      : Mickal Tumilaar (Unggu)
Ketua           :  1. Kaum Bapa – Yakob Lumankun
                        2.KaumIbu – Durina Tuuk Lintang
                        3. Pemuda – Jantje Moroki
                        4. Anak – Justinus Tutu
Kolom I        : Pnt. Altin Tuuk
                        Sym. Fien Lumankun Rumambi
Kolom II      : Pnt. Wilson Lintang
                        Sym. Hans Moroki
Kolom III     : Pnt. Ayub Moroki
                        Sym. Mickal Tumilaar

Tahun 1982 – 1985                           
Ketua           : Pnt. Wilson R. Lintang
Sekretaris    : Pnt. Nehemia Lintang
Bendahara  :  Pnt. Albert Sangkoy
Anggota       :  1. Pnt. Ajub Z. Tumilaar  (K. Bapak)
                        2. Pnt. Durina Tuuk – Lintang  (K. Ibu)
                        3. Zeth L. Weken  (Pemuda dan Remaja)
                             Youke Lumankun (Pemuda dan Remaja)
                        4. Arie J. Weken  (Anak)
      Kolom I     :  Pnt. Bpk. Junus Tumilaar
                           Sym. Ibu Mien Poyoh Tambaani
      Kolom II   :  Pnt. Nehemia Lintang
                           Sym. Martha Tutu Assa
      Kolom III  :  Pnt. Wilson R. Lintang
                          Sym. Hans H. Moroki
      Kolom IV  : Pnt. Albert Sangkoy
       Lies Tumurang Mangowal
      Kolom V   :  Pnt. Jantje P. Moroki
                           Sym. Altien Tuuk
Kostor               :  Bpk Jantje Sombah

Periode tahun 1986 – 1989
Ketua           : Pnt. Wilson Lintang
Sekretaris    : Pnt. Junus Tumilaar
Bendahara  : Sym. Annie Moroki Momongan
Anggota       :  1. Pnt. Justinus Tutu (K. Bapa)
                       2. Pnt. Melly Tumurang Sangkoy  (K. Ibu)
                       3. Pnt. Nn. Lenny Lumankun (Pemuda)
                             Pnt. Nn. Meyty Marentek (Pemuda)
Kolom I        :  Pnt. Junus Tumilaar
                       Sym. Nehemia Lintang
Kolom II      : Pnt. Evert Tombokan
                       Sym. Netty Tombokan Tumurang
Kolom III     : Pnt. Ann Lumankun
                       Sym. Annie Moroki Momongan
Kolom IV     :  Pnt.Arie Weken
                                    Sym. Fien Lonteng Lumankun
Kolom V      : Pnt. Wilson Lintang
                        Sym. Yulin Tumurang Tambaani
Kostor         :  Bapak Alexander Pojoh

Periode tahun 1990 – 1994
Ketua           : Pnt. Wilson Lintang (K. Bapa)
Sekretaris    :              Pnt. Justinus Tutu
Bendahara  : Sym. Annie Moroki Momongan
Anggota       : 1. Pnt. Ny. Martha Tutu Assa (K. Ibu)
                        2. Pnt. Jhoni Papia (Pemuda)
                       3. Pnt. Alan G. Roring (Remaja)
                       4. Pnt. Donald  Lonteng (Anak)
Kolom I        : Pnt. Nehemia Lintang
                        Sym. Juliana Lonteng Tutu
Kolom II      : Pnt. Evert Tombokan
                        Sym. Netty Tombokan Tumurang
Kolom III     : Pnt. Altin Tuuk
                       Sym. Jantje Moroki
Kolom IV     : Pnt. Arie Weken
                       Sym. Annie Moroki Momongan
Kolom V      : Pnt. Justinus Tutu
                       Sym. Yulin Tumurang Tambaani
Kostor         :  Bapak Alfi Lonteng


Periode taahun 1995 – 2000
Ketua           : Pdt. MML. Rumengan, Sth.
Wakil Ketua   : Pnt. Justinus Tutu
Sekretaris    : Sym. Frans Weken
Bendahara  : Sym. Ny. A. Moroki Momongan
Anggota2     : 1.   Pnt. Wilson Mangowal     (K. Bapa)
                        2.   Pnt. Ny. M. Tutu Assa   (K. Ibu)
                        3.   Pnt. Drs. Joudy Sangkoy    (Pemuda)
                        4.   Pnt. Yandri Mangowal  Sangkoy   (Remaja)
                              Pnt. Samuel Tumurang (Remaja)
                        5.   Pnt. Ny. Yulin Momongan (Anak)
Pendeta Pelayan : 1. Pdt. Ny. Indra Rumengan Sukardi, STh /
                               2. Pdt. W. Porong Weol, STh
Guru Agama         :  Ny.Welny Tambajong Momongan
Kolom I        :  Pnt. J.A. Tuuk
                        Sym. Ny. R. Mamengko Sangkoy
Kolom II      : Pnt. E. Tombokan
                        Sym. Ny. N. Tombokan Tumurang
Kolom III     : Pnt. J. Tumilaar
                        Sym. Ny. E. Tumurang Tutu
Kolom IV     : Pnt. A.J. Weken
                        Sym. Ny. A. Moroki  Momongan
Kolom V      : Pnt. Z. B. Assa
                         Sym. Ny. F. Lonteng Lumankun
Kolom VI     : Pnt. N. Lintang
                        Sym. Ny. J. Lonteng Tutu
Kolom VII    : Pnt. J.  Tutu
                        Sym. Frans Weken
Kostor         :  Bapak Alfi Lonteng
II. Badan Penasehat Majelis Jemaat
1.      Bpk. .W. Mirah
2.      Bpk. W.R. Lintang
3.      Bpk. Albert Sangkoy
4.      Ibu Fin Lumankun Rumambi
 III. Badan Pengawas Perbendaharaan Jemaat
1.      Bpk. Paul Lumankun
2.      Bpk. Janes Roring
3.      Bpk. Johny Mirah
4.      Bpk. Weliam Lonteng
IV. Komisi Kerja
1. Komisi Pekabaran Injil        : Bpk. Jhony Papia
2. Komisi Pembangunan          : Bpk. Jes Lonteng
3. Komisi Pendidikan   : Bpk. Jouke Lumankun
4. Komisi Diakonia       : Ibu Anneke Terok
5. Komisi Nyanyian Gereja: Zeth Pandegiroth

Panitia Pembangunan Pastori
               Ketua                       : Bpk. Anthon Moroki
               Wkl. Ketua              : Bpk. Josep Mamengko
               Sekretaris               : Bpk. Zeth weken
               Wkl. Sekretaris       : Bpk. Zeth Rorong
               Bendahara              : Bpk. Jantje Sangkoy
               Anggota                   : Bpk. Repi Poyoh
                                                  Bpk. Yosep tutu
                                                  Ibu Yultje Tuuk
                                                  Ibu Netty Tutu
                                                  Ibu Jultje weken
                                                  Ibu Like Lonteng
                                                  Ibu Elsye Lonteng
                                                  Ibu Ros Tutu
                                                  Ibu Rosye Rorong

Periode 2000 – 2004
Ketua              : Pdt. M. L. Rumengan, STh
                          Pdt. G. R. B. Porong, STh
Wkl. Ketua      : Pnt. Frans Weken
Sekretaris       : Sym. Zeth Assa
Bendahara     : Sym. Annie Momongan
                           Pdt. Ny. W. Porong Weol, Sth
                           Pnt. Justinus Tutu
Anggota          :  1. Pnt. Justinus Tutu (K. Bapa)
                           2. Pnt. Sintje Lumankun Lolowang (K. Ibu)
                           3. Pnt. Vicky Sangkoy, Spd (Pemuda)
                           4. Pnt. Alex Lonteng (Remaja)
                           5. Pnt. Junaedy Sangkoy (Anak)

Kolom I        : Pnt. Nehemia Lintang
                                          Sym. Juliana Lonteng Tutu
                  Kolom II      : Pnt. Jesaya Tutu
                                          Sym. Marie Assa Lonteng
                  Kolom III     : Pnt. Niko Tambajong
                                          Sym. Annie Moroki Momongan
Kolom IV     : Pnt. Evert Tombokan /
                        Pnt. Mangowal Sangkoy
                        Sym. Netty Tombokan Tumurang
Kolom V      : Pnt. Julian Mangowal
                        Sym. Rolin Mamengko Sangkoy
Kolom VI     : Pnt. Youke Lumankun
                        Sym. Fien Lumankun Tutu
Kolom VII    : Pnt. Drs. Robert Sangkoy
                        Sym. Martha Tutu Assa
Kolom VIII   : Pnt. Frans Weken
                        Sym. Zeth Assa
Kolom IX     : Pnt. Jan S. Mamengko
                        Sym. Adolop Lonteng
Penasehat Majelis :
1.Wilson R. Lintang
2.Altin Tuuk
3.Junus Tumilaar
Badan Pengawas Perbendaharaan Jemaat (BPPJ)
Ketua           : Paul Lumankun
Sekretaris    : Janis Roring
Anggota       : 1. Arie Weken 1
                        2. Weliam Lonteng

Ketua Komisi – komisi Kerja :
1. Komisi Doa dan Penginjilan    : Anthon Mirah
2. Komisi Diakonia                : Ny. Rosye Tutu Rorong    
3. Komisi Kesenian Gereja   : Jhoni Papia
4. Komisi Pendidikan & Persekolahan : Yudy Lonteng
5. Komisi Pembangunan       :  Fredy Tutu
6. Komisi PSDD                      : Drs. Joudy Sangkoy

Periode 2005 – 2009
Ketua                    : Pdt. G. R. B. Porong, STh
Wkl. Ketua            : Pnt. Drs. N.F. Lumankun
Sekretaris             : Pnt. Drs. Joudy Sangkoy
Bendahara           : Pnt. Drs. Robert Sangkoy
Anggota                : 1. Pnt. Arie Weken (Bapa)
                                2. Pnt. Sintje Lumankun Lolowang (K. Ibu)
                                3. Pnt. Teddy Tumurang (Remaja)
                                4. Pnt. Ny. Rolin Sangkoy Tumurang (Anak)
Pendeta Pelayan  : Pdt. W. Porong Weol, STh
Guru Agama          : Ny. Welny Tambajong Momongan
Kolom I                 : Pnt. Drs. N.F. Lumankun
                                 Sym. G. A. Ny. Debby Tumilaar Rori
Kolom II               : Pnt. Jesaya Tutu
                                 Sym. Marie Assa
Kolom III              : Pnt. Niko Tambajong
                                 Sym Zeth Rorong
Kolom IV              : Pnt. Jhon Papia
                                 Sym. Mangowal Sangkoy
Kolom V               : Pnt. Julian Mangowal
                                 Sym. Rolin Mamengko Sangkoy
Kolom VI              : Pnt. Youke L. Lumankun
                                 Sym. Fientje Lumankun Tutu
Kolom VII             : Pnt. Drs. Robert Sangkoy
                                 Sym. Elsye Weken Lonteng
Kolom VIII                  : Pnt. Zeth Assa
                                 Sym. Jhon Lumankun
Kolom IX              : Pnt. Frans Weken
                                 Sym. Elia Lumankun
Kolom X                : Pnt. Drs. Joudy Sangkoy
                                 Sym. Selvie Tutu Assa

Panitia Pembangunan Gereja Tahap I
Ketua                    : Paul S. Lumankun
Wkl. Ketua            : Johanis P. Tumurang
Sekretaris             : Drs. Joudy Sangkoy
Wkl. Sekretaris    : Jantje Sangkoy
Ass. Bendahara   : Zeth H. Rorong
Anggota                :     1. Jusop Tutu
                                    2. Jandry M. Sangkoy
                                    3. Jotje Mamengko
                                    4. Sedy Moroki
                                    5. Deby Assa
                                    6. Alfrets Rumagit
                                    7. Derlina Lumankun Manes
                                     8.  Deby Tumilaar Rori
                                       9. Fentje Tumilaar
                                    10. Jotje Mamengko
                                    11. Max Lonteng
                                    12. Jhoni Lonteng
                                    13. Fredy Tutu
                                    14.  Dany Poyoh

Panitia Pembangunan Gereja Tahap II
Ketua                 :  Drs. Robby Sangkoy, MPd
Wakil Ketua      :  Sym. Zeth H. Rorong
Sekretaris          :  Ny. O Tombokan Lontoh
Wkl. Sekretaris                                                                                                       : Zeth L. Weken
Bendahara        : Pnt. Frans Weken
Anggota             :
1.      Janny Moroki
2.      Arie Weken II
3.      Joseph Tutu
4.      Fredy G. Tumurang
5.      Reppy Pojoh
6.      Fitje Mamengko
7.      Ivone Sengkey
8.      Luky Tungkele
9.      Jein Sumoked
10.  Joutje Mamengko
11.  Herny Tombokan
12.  Welly Rorong
13.  Paul Lumankun
14.  Jes Lonteng
15.  Johanis Tumurang
16.  Dani Pojoh
17.  Jusop Tutu
18.  Seddy Moroki
19.  Lendy Tumurang

Panitia Penyusunan Sejarah Jemaat
GMIM Bait’El Ritey
Ketua                          : Junaedy Sangkoy
Wkl. Ketua                 : Vicky Sangkoy, Spd
Sekretaris                   : Teddy CH. Tumurang
Bendahara                 : Justinus Tutu
Anggota                      : 1. Zeth Lintang
                                      2. Julian Lumankun
                                      3. Deby Tumilaar Rori
                                      4. Olke Tombokan Lontoh
`                                     5. Marlin Momongan
                                      6. Lucky Tungkele
                                      7. Djony Lonteng
                                      8. Yan Tambajong
                                      9. Anthon Mirah
                                      10. Wilson Lintang
                                      11. Jemmy Lumankun
                                      12. Drs. Joudy Sangkoy

Tim Perumus
Sejarah Jemaat GMIM Bait’El Ritey
1.      Drs. N.F. Lumankun (Koordinator)
2.      Drs. Joudy Sangkoy
3.      Jan M. A.  Lonteng, SPd
4.      Ir. Max Weken
5.      Pdt. Ny. Winda Porong Weol, STh
6.      Vicky Sangkoy, SPd.
7.      Teddy CH. Tumurang
8.      Junaedy Sangkoy

Nara Sumber & Moderator Seminar
1.      Pdt. D. M. Lintong, STh (Sejarah Jemaat Ritey)
2.      Drs. Joudy Sangkoy (Aita’Di Wo Haleluya)
3.      Jantje Lonteng, Spd (Sejarah Gereja Jemaat Ritey)
4.      Rev. Drs. M. Mirah, M. Th, M. Div, SE (Menjangkau dan memenangkan warga Ritey oleh Injil bagi Kristus)
5.      Moderator : 1. Pdt. Steven Lintang, STh
2.   Drs. Roby Sangkoy, Mpd



Panitia Perayaan HUT Jemaat
Ke 170 GMIM Bait’El Ritey Tahun 2005
Penanggung Jawab  : Badan Pekerja Majelis Jemaat
Pembina      :  Hukum Tua Desa Ritey (Jes J. Lonteng)
Pengarah     :  1.   Ato Tenges, S.E.
2.      Ir. Frangki Tombokan
3.      Richart Tumilaar, S.E, M.Si
4.      Julian Weken
5.      Drs. Robby Sangkoy, M.Pd
6.      Ir. Max Weken
7.      Jantje Lonteng, S.Pd.
8.      Julian Sangkoy
9.      Pdt. Stefen Lintang, S.Th.
10.  Fentje Tumurang
11.  Drs. Marten Mirah
12.  Drs. Temi Assa
13.  Ir. Julius Mangundap
14.  Ir, Leo Tombokan
15.  Dra. Nontje Lumankun

Ketua                       : Pnt. Drs. Festus Lumankun
Wakil Ketua            : Jotje Mamengko
Sekretaris                : Vicky Sangkoy, SPd.
Wakil Sekretaris     : Yudy Lonteng
Bendahara              : Johanis Tumurang

I.        Sie. Acara / Ibadah               : Junaedi Sangkoy
II       Sie. Usaha Dana                    : Sym. Zeth Rorong
III.     Sie Sekretariat                      : Ibu. Olke Tombokan Lontoh
IV.     Sie. Olahraga                         : Pd. Rudy Weken
V.      Sie Perlengkapan                  : Pnt. Arie Weken
VI.     Sie. Kesenian                         : Ibu Ani Moroki Momongan
VII.    Sie Dekorasi                          : Pnt. Tedy Tumurang
                                                           Pd. Nixsen Lintang (Ketua Pemuda)
VIII.   Sie Lomba Kebersihan         : Ibu Aneke Lumankun
IX.     Sie. Konsumsi                        : Pnt Sien Lumankun Lolowang
X.       Keamanan dan Kesehatan : Bpk. Djoni  Lonteng

Panitia Penyusunan Sejarah Jemaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar